Minggu, 01 Desember 2013

STRATEGI PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM BERBISNIS




ABSTRAKSI

     Kondisi di lingkungan ekonomi yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan teknologi informasi yang canggih, hal ini dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh
keunggulan kompetitif atau setidaknya dapat bertahan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keunggulan ini adalah EDI. EDI dapat digunakan sebagai strategi karena dengan kepemimpinan biaya EDI Strategi dapat dipenuhi beberapa keunggulan keunggulan-EDI. Selain manfaat dan kendala yang dimiliki EDI, untuk mempertimbangkan implementasi EDI, hal utama yang harus dipertimbangkan adalah keputusan mengenai perbandingan antara biaya dan manfaat yang akan diberikan EDI sendiri.

KEY WORKS : Electronic Data Interchange (EDI), Strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam berbisnis.

PENDAHULUAN

    Dunia bisnis yang semakin kompetitif, teknologi informasi yang semakin canggih,
menuntut suatu perusahaan untuk senantiasa dapat menciptakan adanya suatu pembaharuan
(inovasi) atau strategi-strategi tertentu yang harus dilakukan. Salah satu tujuan adanya inovasi
dan penentuan strategi yang harus dilakukan dimaksudkan agar perusahaan dapat berperan
didalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan harapan memperoleh suatu
keunggulan kompetitif dibandingkan dengan para pelaku yang lain atau paling tidak dapat
bertahan pada kondisi yang menguntungkan. Namun bagi perusahaan yang tidak dapat ambil
bagian atau mengantisipasi terhadap kondisi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka
dapat dipastikan secara perlahan tapi pasti perusahaan tersebut akan gulung tikar atau akan
menghadapi suatu kehancuran.
    Guna mengantisipasi kondisi yang kompetitif ini, salah satu strategi yang harus diambil
adalah meningkatkan kemampuan didalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Hal ini harus dilakukan karena sebagaimana kita ketahui, salah satu pemicu
timbulnya persaingan yang ketat adalah teknologi informasi yang semakin canggih dan
komunikasi yang senantiasa mengikuti perubahannya dan diantara keduanya saling berkaitan.
    Salah satu teknologi informasi yang cukup relevan untuk mengantisipasi kondisi yang
semakin kompetitif adalah penggunaan Electronic Data Interchange (EDI) yaitu salah satu
teknologi informasi yang menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lain yang
memberikan informasi bisnis dalam bentuk format yang terstruktur, dan dilakukan oleh para
partner bisnis.
    Tulisan ini akan ditekankan pada pembahasan mengenai pengaruh EDI terhadap strategi
yang dilakukan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif. Guna memberikan uraian
yang lebih jelas, penyajian dalam tulisan ini akan dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu
pertama akan menyajikan sekilas tentang EDI, kedua EDI sebagai salah satu strategi, ketiga
EDI dan keunggulan kompetitif, dan keempat kendala-kendala yang dihadapi implementasi EDI, pada penyajian akhir akan diinformasikan mengenai implementasi EDI di Indonesia, dan
akhirnya tulisan akan ditutup dengan kesimpulan.

DEFINISI

     Menurut kamus TI Pengertian EDI (Electronic Data Interchange) Adalah Metode untuk saling bertukar data bisnis atau transaksi secara elektronik melalui jaringan komputer.
 Secara formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA) sebagai “transfer data terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”.
EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia.

EDI sebagai suatu strategi

     Strategi yang dikemukakan oleh Porter (1980), mengungkapkan bahwa ada dua strategi
yang harus dilakukan agar perusahaan unggul didalam berkompetisi yaitu : Pertama cost
leadership, didalam strategi ini perusahaan diminta untuk menekan biaya agar biaya bisa lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan pesaing, langkah yang diambil misalnya dengan
pengendalian biaya secara ketat, meminimumkan biaya tenaga kerja, menekan biaya
pembelian, mengurangi biaya dokumentasi, biaya penelitian & pengembangan dan sebagainya.
Sedangkan strategi yang kedua adalah product differentiation, yaitu strategi ini dapat dicapai
melalui penciptaan suatu produk yang unik bagi pelanggan.
     Berkaitan dengan cost leadership, EDI merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan. Adams (1993), mengungkapkan bahwa Pratt & Whitney Aircraft salah satu
perusahaan aerospace didalam melakukan transaksi pembeliannya, sebelum menggunakan
EDI biaya pembelian yang dikeluarkan untuk setiap pembelian sebesar $ 30, tetapi sejak
mengimplementasikan EDI biaya pembelian dapat dikurangi hingga $ 20, selain itu pembeli
dapat menghemat waktunya hingga 4 jam setiap minggu. Dari apa yang dikemukakan Adam,
kelihatan bahwa EDI bisa menghemat biaya pembeliannya selain waktu yang digunakan
semakin berkurang, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Williamson (1993), yaitu
untuk penyusunan rekonsiliasi bank, apabila dikerjakan dengan menggunakan manual
membutuhkan waktu sekitar 20 hingga 40 menit, tetapi jika menggunakan proses komputer
secara otomatis waktu yang digunakan untuk penyusunan tersebut kurang dari 5 menit atau
hanya sekitar 2 atau 3 menit. Dari uraian tersebut dapat diringkas bahwa beberapa
keunggulan dari penggunaan EDI diantaranya perusahaan bisa menekan biaya pembelian
selain waktu yang digunakan semakin singkat atau dengan kata lain proses transaksi semakin
cepat.
     Keunggulan yang lain dari EDI adalah adanya penghematan penggunaan dokumentasi
atau kertas yang dipakai untuk transaksi. Perusahaan yang menggunakan komputer didalam
menjalankan operasionalnya masih menggunakan kertas atau dokumen didalam
melaksanakan transaksi hariannya, misalnya pesanan pembelian, bukti pengiriman,
faktur/invoice atau bukti-bukti yang lainnya. Disamping itu untuk melakukan transaksi dengan
pihak lain masih dibutuhkan waktu dan tenaga guna mengirimkan dokumen yang berkenaan
dengan transaksi tersebut kepada pihak lain, hal ini akan menimbulkan biaya dokumentasi,
biaya pengiriman dan waktu pengiriman. Namun apabila perusahaan menggunakan EDI, yang
mana transaksi dilakukan dari komputer ke komputer dengan menggunakan bahasa yang
standar, maka penggunaan dokumentasi dapat ditiadakan atau paling tidak dikurangi,
sehingga biaya dokumentasi akan berkurang pula, begitu juga biaya pengiriman akan
ditiadakan dan waktu yang digunakan semakin singkat.
     EDI dapat menekan kesalahan entry data dan posting transaksi. Karena program yang ada
didalam EDI sudah standar dan format yang ada sudah terstruktur, maka disaat perusahaan
melakukan transaksi dan entry data kedalam komputer dengan panduan yang ada, tingkat
kesalahan entry data dapat dikurangi, begitu juga posting yang dilakukan kemungkinan
kesalahannya kecil karena posting didalam EDI dilakukan secara otomatis. Adams (1993),
mengemukakan dengan EDI kesalahan entry data dan posting transaksi dapat berkurang
banyak.

EDI dan Keunggulan Kompetitif
   
     Guna memperoleh keunggulan kompetitif, suatu perusahaan dituntut untuk senantiasa
menciptakan sesuatu yang bisa meningkatkan kemampuan didalam menghadapi persaingan.
Salah satu strategi untuk memenangkan persaingan tersebut adalah meningkatkan
kemampuan didalam memanfaatkanteknologi informasi diantaranya yaitu EDI. Stern dan
Kaufman (1985) memberikan keyakinan bahwa penggunaan EDI akan memberikan
kesempatan pada perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif, hal ini bisa
diwujudkan karena : (1) Penurunan order lead time, hal ini akan menyebabkan pengurangan
terhadap biaya persediaan, (2) Mutu pelayanan kepada konsumen semakin tinggi, (3)
Penurunan kemungkinan terjadinya out-of-stock, (4) Perbaikan mutu komunikasi untuk
menyelenggarakan transaksi/janji, promosi, perubahan harga dan tersedianya informasi
produk, (5) Perbaikan ketepatan dalam pemesanan, pengiriman, dan penerimaan barang, dan
(6) Pengurangan biaya tenaga kerja (labour cost).
     Berkaitan dengan implementasi Just-in-time (JIT) yang sering diperbincangkan
merupakan salah satu usaha guna memperoleh keunggulan kompetitif, EDI juga dapat
memberikan apa yang ada didalam JIT yaitu : Dengan implementasi EDI, maka akan diperoleh
pengendalian terhadap persediaan, mengarahkan orientasi kepada kualitas suatu produk serta
meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Contoh konkrit dengan implementasi EDI dapat
meningkatkan kegiatan yang dilakukan dalam JIT diantaranya adalah: EDI dapat
memperlancar siklus transaksi pembelian dalam sistem manajemen persediaan. Dalam
implementasi EDI, pihak pembeli dan penjual bisa berkomunikasi secara langsung melalui
komputer, disaat pembeli melakukan entry pemesanan pembelian yang berisi tentang informasi
kuantitas, kualitas, harga dan spesifikasi lainnya, dan saat itu pula penjual dapat menerima
apa yang diminta oleh pembeli, dengan demikian transaksi pembelian akan segera terlaksana
dengan meniadakan dokumen dan dalam waktu yang singkat, serta pengurangan tenaga
pelaksana, hal ini terjadi karena setelah menggunakan EDI tidak perlu lagi dibutuhkannya
tenaga untuk mengirim dokumen kepada penjual dan operator transaksi berkurang sehingga
efisiensi tenaga kerja tercapai. Dilain pihak dengan adanya EDI penjual akan mengetahui
skedul produksi yang dilakukan oleh pembeli dan posisi persediaan yang ada digudang,
sehingga pihak penjual akan mengetahui kapan pengiriman persediaan akan dilakukan. Dalam
kondisi seperti ini dapat diharapkan posisi persediaan yang ada di gudang tidak akan
mengalami jumlah persediaan yang terlalu banyak atau sampai kehabisan persediaan. Hal ini
sesuai dengan prinsip JIT yaitu meniadakan atau meminimalkan persediaan sehingga biaya
untuk pemeliharaan persediaan bisa ditiadakan.

Kendala-kendala yang dihadapi EDI

     Terlepas dari keunggulan-keunggulan EDI yang dikemukakan diatas, EDI itu sendiri
masih memiliki beberapa kendala didalam implementasinya yaitu : (1) Tidak adanya standar
global, sampai saat ini belum ada standar tunggal yang berlaku secara umum. Namun,
nampaknya pemakai EDI ingin membentuk standar internasional EDI, dan standar yang
terbentuk diantaranya adalah American National Standart Institute X.12 (ANSI X.12), standar
ini umumnya dipakai oleh perusahaan-perusahaan Amerika, dan Electronic Data Interchange
for Administration, Commerce and Transport (EDIFACT), standar ini sebagian besar dipakai
oleh pemakai EDI di dunia. Selain dua standar tersebut, penjual sistem EDI juga melayani
standar EDI untuk kepentingan tertentu (DISA, 1990). (2) Mahalnya biaya implemenrtasi EDI,
hal ini terjadi karena mahalnya biaya hardware, software, fasilitas telekomunikasi ditambah
lagi dengan biaya tenaga yang trampil dari penggunaan EDI ini. (3) Dual system atau
implementasi yang setengah-setengah, hal ini terjadi karena faktor sarana network yang relatif
mahal dan sedikitnya pemakai EDI. Sehingga perusahaan yang menggunakan EDI, masih
harus tetap menggunakan system manualnya, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
kebosanan bagi operatornya karena harus menangani kedua sistem tersebut. (4) Hambatan
budaya, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan bahasa, nasionalisme dan budaya-budaya
lainnya sehingga menghambat pelaksanaan EDI didalam pengiriman data antar negara. Dan
(5) Kesulitan mengenai faktor manusia, ada dua kemungkinan sikap manusia didalam
mengahadapi adanya perubahan teknologi yaitu akan bersikap positif atau negatif. Sikap
positif, dengan adanya perubahan teknologi akan terdorong untuk semakin meningkatkan
kemampuannya didalam teknologi yang baru didapat tersebut, dan hal ini merupakan
tantangan baginya untuk memanfaatkan kesempatan didalam memperoleh prestasi.
Sedangkan yang bersikap negatif, dengan adanya teknologi beranggapan bahwa kondisi seperti
ini akan mengenyampingkan posisi dia atau terpaksa harus belajar lagi, dan hal ini merupakan
penghalang atau hambatan baginya.
   
     Terlepas dari kelemahan tersebut diatas, sebetulnya EDI akan lebih bermanfaat lagi
apabila dilakukan integrasi secara global yaitu antara EDI, e-mail dan arus kerja yang terjadi.
Namun Sammet (1993) mengungkapkan integrasi global antara EDI, e-mail dan arus kerja
yang terjadi hanyalah ada dalam teori dan tidak pernah ada dalam produk nyata, Sammet juga
menyarankan untuk menyelesaikan integrasi global ini ada tiga hal yang harus dilakukan
yaitu: (1) Ciptakan standar yang sesuai, (2) Menggabungkan produk baru kedalam standar
tersebut, dan (3) Sadar terhadap produk yang ada dan yang mereka kerjakan.
     Berdasarkan uraian diatas mengenai keunggulan-keunggulan maupun kendala-kendala
yang dimiliki EDI, alangkah baiknya didalam mempertimbangkan implementasi EDI sebagai
strategi guna memperoleh keunggulan kompetitif tidak hanya mempertimbangkan investasi
awalnya saja, tetapi perlu juga mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan operasinya, karena
hal ini tidak terlepas dengan pihak ketiga yang terlibat dalam transaksi EDI tersebut.
     Di satu pihak EDI akan memberikan manfaat yang cukup banyak diantaranya adalah
penghematan biaya-biaya yaitu biaya pembelian, biaya dokumentasi maupun biaya tenaga
kerja atau pengehematan waktu, sedangkan dilain pihak implementasi memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Bertitik tolak dari kondisi ini semua, apakah perusahaan perlu
mengimplementasikan EDI atau tidak, hal ini tergantung pada pada kondisi perusahaan
didalam mempertimbangkan antara biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari implementasi
EDI tersebut.
     Namun demikian agar bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan, Skagen (1989)
mengemukakan beberapa pendapat yang berkenaan dengan pertimbangan ini yaitu: (1) Bila
EDI diintegrasikan dengan accounting system intern perusahaan atau internal aplication
system, maka EDI akan memberikan manfaat yang dapat dijustifikasi dengan nilai investasi
awalnya, (2) Sering sekali payback on the invesment dicapai bila aplikasi internal yang penting
(material management, inventory control, accounts payable/receivable, dan sejenisnya) dikaitkan
dengan aplikasi internal partner bisnis, (3) Payback period-nya mungkin akan laba, (4) Manfaat
tidak langsung berupa strategic dan partnership benefits akan dirasakan.
     Berdasarkan uraian diatas dan apabila dikaitkan dengan kondisi bisnis yang ada di
Indonesia perlu juga ditambah beberapa pertimbangan lain, diantanya adalah komunikasi yang
ada, budaya manusia secara umum dan tingkat teknologi yang berkembang di Indonesia.
Dengan kata lain guna mempertimbangkan implementasi EDI di Indonesia tidak hanya
mempertimbangkan teknologinya saja, tetapi perlu diperhatikan pula tentang budaya dan
konteks sosial yang ada di Indonesia.

KESIMPULAN

    Kondisi lingkungan ekonomi yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut agar selalu
mengikuti perkembangan teknologi informasi yang canggih, hal ini dilakukan agar perusahaan
dapat memperoleh keunggulan kompetitif atau paling tidak dapat bertahan pada kondisi yang
menguntungkan. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan guna memperoleh keunggulan
tersebut adalah EDI.
    EDI adalah pertukaran informasi bisnis secara elektronik dari komputer ke komputer,
dalam format terstruktur, dan dilakukan diantara partner bisnis (Ferguson et. al 1990). Ada
dua tipe aplikasi EDI yaitu tipe simple system dan integrated system, perbedaan kedua tipe
tersebut berkaitan dengan integrasi didalam penyusunan programnya. Sedangkan sarana yang
diperlukan EDI adalah perangkat keras (hardware), translation software/transaction converter,
mail box facilities dan pedoman prosedur untuk implementasi.
    EDI dapat dipakai sebagai suatu strategi karena dengan adanya EDI strategi cost
leadership dapat dipenuhi, keungulan-keunggulan yang dimiliki EDI diantaranya adalah : (1)
Menghemat biaya pembelian, (2) Menghemat biaya dokumentasi, (3) Menghemat waktu, (4)
Menghemat biaya tenaga kerja dan (5) Mempercepat proses transaksi pembelian dan
mengendalikan manajemen persediaan. Sedangkan beberapa kendala yang dihadapi
implementasi diantaranya adalah : (1) Tidak adanya standar global tunggal, (2) Mahalnya biaya
implementasi, (3) Dual system, (4) Hambatan budaya dan (5) Kesulitan yang berkaitan dengan
faktor manusia.
Terlepas dari keunggulan dan kendala yang dimiliki EDI, guna mempertimbangkan
implementasi EDI, hal utama yang perlu dipertimbangkan adalah keputusan mengenai
perbandingan antara biaya dan manfaat yang akan diberikan EDI itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Hadianyana. 2009. “EDI (Electronic Data Interchange)”. http://hadianyana.wordpress.com/2009/11/16/edi-electronic-data-interchange/ . Diakses pada tanggal 1 Desember 2013.

Riyadi, Slamet. April 2010. “EDI:Pengaruhnya terhadap strategi pencapaian keunggulan kompetitif “. http://idei.or.id/jurnal/2010%20april%20Slamet%20Riyadi.pdf . Diakses pada tanggal 30 November 2013.

Dee-belajar. 2013. “Membuat Daftar Pustaka”. http://dee-belajar.blogspot.com/2013/05/membuat-daftar-pustaka-dari-internet.html . Diakses pada tanggal 1 desember 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar